Melihat berbagai analisa usaha budidaya puyuh petelur, membikin
“gerah” yang membacanya. Bagaimana tidak gerah dan bikin ngiler para
pelaku usaha per-unggas-an jika melihat usaha ternak puyuh demikian
tinggi hasilnya dan relatif cepat kembali modal serta begitu ringan
aktivitas kerjanya….. Selain itu, bagi yang menjadi karyawan, pegawai,
atau bagi yang sudah mempunyai usaha lain, beternak burung puyuh sangat
bisa menjadi alternatif menambah penghasilan. Menggiurkan memang.
Dibalik
yang manis-manis, sebenarnya ada pahitnya juga, bahkan banyak. Dan
semuanya harus ditelan. Tidak bisa pilih-pilih jika memang ingin intens
menekuni ternak puyuh. Tentu hal yang akan saya sampaikan bukanlah
resiko pahit “kegagalan”. Bukan. Kalo resiko kegagalan beternak puyuh
kok sepertinya hampir jarang terjadi. Ya tetep ada juga peternak yang
berhenti karena kegagalan, tapi berbanding lebih sedikit daripada
peternak yang terus menjalankan usahanya, bahkan terus dan terus
menambah populasinya.
Bagi yang berkeinginan beternak burung
puyuh utamanya puyuh petelur, sebenarnya tidak enak lho, kecuali bisa
menerima, menjalani, setelah mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
1. Siap rugi.
Rugi
belum tentu gagal atau bangkrut. Rugi di sini maksudnya adalah
penghasilan yang menurun karena harga telur yang juga turun, misalnya
biasanya mendapat hasil bersih 300rb ataupun 350rb rupiah per-1rb
populasi, turun ke hasil bersih 100rb bahkan 50rb rupiah per-1rb
populasi per-minggu. Jadi ruginya di sini adalah turun penghasilan.
Rutinitas
harga menyentuh level rendah biasanya memasuki bulan2 September sampai
Desember. Walaupun rutinitas tersebut bukan patokan pasti, bagaimanapun
tetap tergantung pada penyerapan pasar. Biasanya.
Tapi secara insidentil pernah juga kejadian harga telur terus turun dan harga pakan terus naik.
Nah, siap tidak para calon peternak menghadapi keadaan tersebut yang jelas menjadi hiasan wajar dalam beternak puyuh petelur.
Siap tidak untuk tetap mencintai puyuh dalam suka dan duka, dalam manis dan pahitnya kondisi.
Jika
diperkirakan tidak mau menerima kondisi tersebut, pertimbangkan lagi
dengan matang2 untuk terjun ke jurang perpuyuhan :), karena itu sudah
sandangan pokok.
2. Siap Kerja Tanpa Hari Libur.
Pertimbangan yang kedua ini terutama untuk tipe-tipe peternak yang bukan peternak juragan.
Karena
burung puyuh tidak mempunyai jadwal puasa. Tiap hari mereka bertelur
dan tiap hari juga butuh makan dan minum. Bahkan sekalipun libur tanggal
merah di kalender, aktivitas kerja di kandang puyuh tetap jalan terus.
Karena itu mengatur waktu untuk acara lain perlu menyesuaikan dengan
acara rutin di kandang puyuh.
Bisa saja mengambil libur puyuh, jika :
– ada acara darurat dan mempunyai karyawan / keluarga yang terpercaya mampu memberi makan dan minum
– ada acara seluruh keluarga yang sangat penting kemudian menitipkan puyuh pada teman peternak lain
– apkir total untuk menikmati istirahat.
Nah, siap atau tidak menerima keadaan budidaya puyuh yang tidak ada liburnya itu ?
Pertimbangkan lagi dengan masak-masak.
3. Siap Menabung.
Biarpun hasil dari beternak puyuh itu segitu segini atau seberapapun juga, pengembalian modal adalah tetap menjadi target utama.
Nah,
siap tidak untuk menabung dari sebagian hasil dalam rangka pengembalian
modal ? Jika tidak siap menabung ya dijamin akan kalang kabut ketika
meremajakan puyuhnya kemudian menyimpulkan bahwa usaha puyuh itu
merugikan.
4. Siap Mandiri
Terkadang memang
sangat menjanjikan untuk bekerjasama dengan suatu perusahaan dalam usaha
budidaya burung puyuh. Kerjasama ini biasanya diwujudkan dengan cara
perusahaan memasok seluruh pakan ternak sedang si peternak berkewajiban
menyetor seluruh telur ke perusahaan tersebut. Namun lama kelamaan hal
ini akan membuat harga telur sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan
sementara peternak tidak memiliki hak untuk menjual telurnya ke pengepul
lain. Dampak terburuknya tentu saja harga pakan yang akan diset
terlampau mahal sedangkan harga telur akan diset murah. Oleh karenanya
peternak harus siap bekerja mandiri dengan cara mencari pakan sendiri
sehingga dapat menjual telurnya ke siapapun yang ia kehendaki.
5. Siap bertransaksi
Sebagai
peternak memang kita harus fokus merawat ternak yang kita miliki. Namun
pada saat seperti ini kemampuan untuk bertransaksi juga sangat penting
mengingat sebelum menjual telur, peternak harus mampu melakukan
negosiasi dengan pengepul supaya mendapat harga jual telur yang tinggi
sehingga laba yang diperolehpun juga akan tinggi.
Kamis, 24 September 2015
Posted by Monsieuer Hans e-commerce on 19.54 with No comments
Categories: Budidaya Burung Puyuh Petelur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar