Kamis, 24 September 2015

Persiapan Sebelum Berternak Burung Puyuh Petelur

Melihat berbagai analisa usaha budidaya puyuh petelur, membikin “gerah” yang membacanya. Bagaimana tidak gerah dan bikin ngiler para pelaku usaha per-unggas-an jika melihat usaha ternak puyuh demikian tinggi hasilnya dan relatif cepat kembali modal serta begitu ringan aktivitas kerjanya….. Selain itu, bagi yang menjadi karyawan, pegawai, atau bagi yang sudah mempunyai usaha lain, beternak burung puyuh sangat bisa menjadi alternatif menambah penghasilan. Menggiurkan memang.

Dibalik yang manis-manis, sebenarnya ada pahitnya juga, bahkan banyak. Dan semuanya harus ditelan. Tidak bisa pilih-pilih jika memang ingin intens menekuni ternak puyuh. Tentu hal yang akan saya sampaikan bukanlah resiko pahit “kegagalan”. Bukan. Kalo resiko kegagalan beternak puyuh kok sepertinya hampir jarang terjadi. Ya tetep ada juga peternak yang berhenti karena kegagalan, tapi berbanding lebih sedikit daripada peternak yang terus menjalankan usahanya, bahkan terus dan terus menambah populasinya.

Bagi yang berkeinginan beternak burung puyuh utamanya puyuh petelur, sebenarnya tidak enak lho, kecuali bisa menerima, menjalani, setelah mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Siap rugi.

Rugi belum tentu gagal atau bangkrut. Rugi di sini maksudnya adalah penghasilan yang menurun karena harga telur yang juga turun, misalnya biasanya mendapat hasil bersih 300rb ataupun 350rb rupiah per-1rb populasi, turun ke hasil bersih 100rb bahkan 50rb rupiah per-1rb populasi per-minggu. Jadi ruginya di sini adalah turun penghasilan.
Rutinitas harga menyentuh level rendah biasanya memasuki bulan2 September sampai Desember. Walaupun rutinitas tersebut bukan patokan pasti, bagaimanapun tetap tergantung pada penyerapan pasar. Biasanya.
Tapi secara insidentil pernah juga kejadian harga telur terus turun dan harga pakan terus naik.
Nah, siap tidak para calon peternak menghadapi keadaan tersebut yang jelas menjadi hiasan wajar dalam beternak puyuh petelur.
Siap tidak untuk tetap mencintai puyuh dalam suka dan duka, dalam manis dan pahitnya kondisi.
Jika diperkirakan tidak mau menerima kondisi tersebut, pertimbangkan lagi dengan matang2 untuk terjun ke jurang perpuyuhan :), karena itu sudah sandangan pokok.

2. Siap Kerja Tanpa Hari Libur.

Pertimbangan yang kedua ini terutama untuk tipe-tipe peternak yang bukan peternak juragan.
Karena burung puyuh tidak mempunyai jadwal puasa. Tiap hari mereka bertelur dan tiap hari juga butuh makan dan minum. Bahkan sekalipun libur tanggal merah di kalender, aktivitas kerja di kandang puyuh tetap jalan terus. Karena itu mengatur waktu untuk acara lain perlu menyesuaikan dengan acara rutin di kandang puyuh.
Bisa saja mengambil libur puyuh, jika :
– ada acara darurat dan mempunyai karyawan / keluarga yang terpercaya mampu memberi makan dan minum
– ada acara seluruh keluarga yang sangat penting kemudian menitipkan puyuh pada teman peternak lain
– apkir total untuk menikmati istirahat.
Nah, siap atau tidak menerima keadaan budidaya puyuh yang tidak ada liburnya itu ?
Pertimbangkan lagi dengan masak-masak.

3. Siap Menabung.

Biarpun hasil dari beternak puyuh itu segitu segini atau seberapapun juga, pengembalian modal adalah tetap menjadi target utama.
Nah, siap tidak untuk menabung dari sebagian hasil dalam rangka pengembalian modal ? Jika tidak siap menabung ya dijamin akan kalang kabut ketika meremajakan puyuhnya kemudian menyimpulkan bahwa usaha puyuh itu merugikan.

4. Siap Mandiri

Terkadang memang sangat menjanjikan untuk bekerjasama dengan suatu perusahaan dalam usaha budidaya burung puyuh. Kerjasama ini biasanya diwujudkan dengan cara perusahaan memasok seluruh pakan ternak sedang si peternak berkewajiban menyetor seluruh telur ke perusahaan tersebut. Namun lama kelamaan hal ini akan membuat harga telur sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan sementara peternak tidak memiliki hak untuk menjual telurnya ke pengepul lain. Dampak terburuknya tentu saja harga pakan yang akan diset terlampau mahal sedangkan harga telur akan diset murah. Oleh karenanya peternak harus siap bekerja mandiri dengan cara mencari pakan sendiri sehingga dapat menjual telurnya ke siapapun yang ia kehendaki.

5. Siap bertransaksi

Sebagai peternak memang kita harus fokus merawat ternak yang kita miliki. Namun pada saat seperti ini kemampuan untuk bertransaksi juga sangat penting mengingat sebelum menjual telur, peternak harus mampu melakukan negosiasi dengan pengepul supaya mendapat harga jual telur yang tinggi sehingga laba yang diperolehpun juga akan tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar