Kamis, 24 September 2015

PENGENDALIAN PENYAKIT BURUNG PUYUH

Pengendalian terhadap penyakit perlu dilakukan.

Beberapa kiat berikut dapat diikuti dalam upaya melakukan pengendalian penyakit.



1. Periksa kondisi puyuh jika terjadi kelainan

Pengindentifikasikan penyakit pada puyuh dapat dilakukan tiga cara sebagai berikut.

a. Melihat gejala klinis
Gejala klinis dapat dilihat dari kotoran  dan performa atau penampakan puyuh. Pengenalan penyakit lewat cara ini lebih sederhana dan tidak banyak membutuh kan alat. Namun, pengenalan dengan cara ini membutuhkan pengalaman agar tidak terjadi kesalahan dalam menyimpulkan jenis penyakit.
Melihat gejala klinis dengan memperhatikan warna kotoran antara lain  kotoran berwarna putih (encer atau kental seperti pasta), hijau,kuning, atau lincung. Dari warna kotoran, dapat diketahui penyakit yang diderita puyuh. Sementar melihat gejala klinis  dengan memperhatikan performanya, diantaranya sayap bergantung, gemetar, berguling, bulu kusam, sendi bengkak, mata bengkak, lumpuh dan sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan ciri puyuh yang terkena penyakit tertentu.

b. Bedah bangkai

Cara ini dilakukan untuk mengetahui patologi unggas. Bangkai yang dibedah sebaiknya berjumlah tiga atau lebih. Jumlah ini disarankan untuk melakukan diagnosis perbandingan sehingga kesimpulan dapat diarahkan pada spesifik kerusakan yang paling banyak. Dari bedah bangkai dapat diketahui dengan pasti jenis kerusakan pada organ tubuh bagian dalam dan penampakan organ tubuh yang menunjukkan ciri penyakit.

c. Uji laboratorium

Jika dari gejala klinis dan bedah bangkai tidak dapat diketahui  dengan pasti jenis penyakit maka perlu dilakukan uji laboratorium.

2. Penuhi lima syarat pengendalian penyakit

Penyakit dapat dikendalikan dengan baik jika memenuhi lima syarat ketepatan sebagai berikut.

a. Tempat diagonis
Diagonis merupakan suatu langkah untuk mengetahui penyebab adanya gangguan pada puyuh. Dari ciri-ciri yang tampak  di perkirakan penyebab gangguan atau penyakit yang menyerang puyu. Jika gejala tidak dapat teridentifikasi berdasarkan penampakan luarnya maka bangkai puyuh perlu dibawa kebalai penelitian ternak atau perguruan tinggi yang memiliki fasilitas laboratorium.

b. Tepat obat
Setelah diagonis dilakukan dan diketahui penyebab sakitnya burung puyuh, maka langkah selanjutnya adalah pemberian obat untuk mengatasi penyakit. Jenis obat  yang dipakai harus sesuai dengan  jenis penyakitnya . Jika terjadi ketidak sesuaian obat, yang terjadi adalah pemborosan. Pemborosan terjadi akibat pemberian obat tidak mengatasi masalah, bahkan bisa jadi hanya akan menimbulkan masalah baru akibat salah obat.

c. Tepat dosis
Jika telah diketahui jenis obatnya, harus diketahui pula dosis obat yang harus digunakan. Kekurangan dosis dengan intensitas pemberian yang sering akan menyebabkan penyakit menjadi kebal. Jika kelebihan dosis maka puyuh dapat mengalami kercunan obat. Pengetahuan akan dosis yang tepat sangat penting dalam penanganan penyakit. Dosis obat biasanya di cantumkan pada label kemasan.

d. Tepat cara pemberia
Pemberian vaksin atau obat dapat dilakukan dengan enam cara sebagai berikut.

     Tetes mulut, hidung, dan mata . Vaksin dimasukkan dengan cara ditetes kan lewat mulut, hidung, dan mata.
    Penyemprotan dengan menggunakan sprayer. Penyemprotan  dilakukan dengan daya semprot sebesar 60 mess kedalam kandang. Tujuannya agar puyuh mengisap atau menghirup vaksin yang telah di semprotkan,
    Pencelupan . Pada cara ini, puyuh diletakkan dalam keranjang dan dimasukkan  kedalam cairan yang berisi vaksin. Pencelupan jangan dilakukan terlalu lama agar puyuh dapat bernapas. Pencelupan juga jangan trlalu cepat agar vaksin dapat menyebar secara merata di seluruh tubuh. Cara ini dipakai pedagang untuk  menghasilkan  "ayam partai", yaitu anak ayam yang berbulu warna warni.
    Wing swept. Vaksin di berika dengan cara menoreh bagian bawah sayap.
    Penyuntikan. Penyuntikan dapat dilakukan tiga cara, yaitu intrawena (pembuluh darah), subcutan ( dibawah kulit), dan intramuskular (pada urat daging).
    Air minum. PEemberian vaksin lewat air minum mempunyai  kelemahan dan kelebihan. Kelebihan cara ini adalah puyuh terhindar dari steres. Sementara kerugiannya adalah jumlah air yang di kosumsi oleh puyuh merata. Padahal bakteri dalam vaksin akan mati dalam jangka waktu 3 jam jika tidak segera dikonsumsi. Untuk mencegah matinya bakteri, pemberian vaksin di campur dengan air kelapa atau susu skim.

Cara pemberian vaksin disesuaikan dengan jenis penyakit yang menyerang. penyerangan penyakit dapat melalui luar tubuh maupun dalam tubuh. Untuk jenis  penyakit yang menyerang lewat dalam tubuh, cara paling baik adalah tetes hidung, mulut, dan mata , wing swept, penyuntikan dan air minum . Sementara untuk penyakit  yang menyerang dari luar, cara penyemprotan dan penceluoan lebih efektif

e. Tepat waktu pemberian
Pemberian vaksin atau obat jangan dilakukan dilakukan pada saat puyuh mengalami stres. Vaksin di berikan setelah stres di berikan pada  puyuh selesai diatasi atau bersamaan dengan pemberian anti stres yang tidak mengandung antibiotika . Pada saat stres, penyerapan obat kedalam darah menjadi terganggu.

3 kenali ciri-ciri penyakit
Penyakit yang sering terjadi pada puyuh diakibatkan oleh organisme dan defisiensi. Berikut ini merupakan pedoman yang dapat di gunakan peternak untuk mengenali gejala-gejala dan penanganan penyakit yang sering menjangkiti puyuh.

a. pullroum (berak kapur)
Ciri menjangkitnya penyakit ini terlihat dari warna kotoran yang berwarna putih, nafsu makan berkurang, buluu mengeru, sesak napas, sayap menggantung, serta telur rapuh tidak bercorak.
Pullroum disebabkan oleh bakteri salmonella pullroum. Penyakit ini yang dapat menularakan melalui telur, pakan, dan air minum yang tercemar bakteri atau peralatan kandang tercemar. Selain itu, penularan  penyakit dapat melalui kotoran yang termakan oleh puyuh sehat. Untuk menghindari luasnya penyakit ini seluruh peternakan, puyuh yang telah terjangkit diisolasi dan diobati dengan menggunakan Furazolidone, Nitrofuran, atau Trimetropin ditambah Sulfadiazin. Puyuh yang mati harus segera dibakar untuk membunuh bakteri yang ada.

b. cacingan
Puyuh yang terserang cacingan  akan tampak kurus, lemah, dan lesu. Penyebab cacingan ini adalah kebersihan kandang yang kurang terjaga. Adapun cacing yang biasa menjadi parasit adalah cacing pita, cacing rambut, cacing usus buntu.
Pemberian obat cacing diberikan pada umur 40 hari dan dilanjutkan setiap tiga bulan sekali. Pemberian obat cacing dapat mengakibatkan stres. Puyuh dipuaskan selama dua jam sebelum pemberian obat cacing. Antistres diberikan setelah setelah pemberian obat cacing kedua hari sebelumnya. Antistres jangan diberikan secara terus-menerus. Kandungan sodium dan potassium yang ada didalamnya dapat merusak fungsi ginjal.

c. Radang usus atau enteritis necrotican
Gejala yang tampak pada puyuh adalah mata tertutup , lesu, kotoran berair dan mengandung asam urat, serta bulu terlihat kusam. Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri anaerobik pada usus. Radang usus ini menular dalam waktu kurang dari 21 hari dengan kematian tertinggi antara 5-14 hari setelah penularan.
Radang usus ini dapat cegah dengan menciptakan lingkungan yang baik. puyuh yang telah terserang harus dipisahkan dari puyuh sehat dan diobati dengan Streptomycin atau Neomycin melalui air minum karena kedua macam obat ini tidak terserap kealiran darah. Cara lain adalah dengan injeksi kanamicyn. Dosis yang digunakan untuk streptomycin adalah 1 gram/5 liter air minum , sedangkan kanamycin 2-3 mg/ekor.

d. Coryza (snot atau pilek)
Ciri-ciri penyakit adalah mata berair yang pada stadium lanjut mata menjadi bengkak karena penyumbatan exsudat di hidung dan berkumpul dirongga sinus. Tingkat kematian yang ditimbulkan rendah tetapi penularannya cepa. Pencegahan dimulai dari pembelian bibit sebaiknya dilakukan pada breeding yang berani menjamin bibit yang dijual bebas coryza sebanyak 20% selama pemeliharaan. Pengobatan dilakukan memberikan Enrofloxacine.

e. E. colii   dan kolera
Beberapa penyakit lain memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan penyakit diatas, ttapi mudah diindentifikasikan dengan melakukan bedah bangkai, seperti E. colii, kolera (berak hijau), dan lain-lain. Pengobatan untuk E.colii dengan obat yang mengandung campuran collistin dan Muphicilline. Untuk kolera obat yang diberikan berupa campuran Steptomycine dan Sulfadimatoxin.

f. Tetelo (ND atau newcastle disease)
Newcasle disease (ND) atau tetelo disebabkan oleh virus. Virus tetelo ini banyak menyerang unggas, sangat menular, dan dapat mengakibatkan kematian. Ciri-ciri yang tampak adalah lesu, nafsu makan berkurang, bulu kusam, bersin sesak napas, dan mengorok.
Sampai saat ini , tetelo belum dapat diobati. pencegahan terhadap penyakit ini adalah dengan pemberian vaksin secara teratur dan menjaga kondisi kandang tetap baik.
Vaksinasi diberikan pada saat puyuh berumur 4 hari, 3 minggu, dan setiap bulan dengan menggunakan vaksin untuk ayam. Dosis yang diberikan pada puyuh setengah dari dosis ayam.

h. Prolapusus
Prolapusus atau dobol disebabkan oleh puyuh yang bertelur sebelum masanya. Pemacuan produksi telur dengan pemberian pakan berprotein tinggi menyebabkan puyuh lebih cepat menghasilkan telur. Disisi lain, badan puyuh belum mencapai ukurnan yang memenuhi syarat untuk bertelur.
Prolappus dapat dihindari dengan pencegahan puyuh bertelur lebih awal. Pada usia satu bulan, puyuh jangan diberi penerangan. Penerangan dapat mempengaruhi kerja hormon hipothalamus yang akan memacu produksi hormon reproduksi.

Untuk konsultasi dan pemesanan obat-obatan/vaksin untuk burung puyuh, anda bisa menghubungi kami disini
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar